Kalau berkunjung ke Balikpapan, jangan lewatkan kesempatan mencicipi Pia Jaya. Kue legendaris yang hadir sejak 1989 ini menjadi salah satu oleh-oleh favorit warga lokal maupun wisatawan. Berbeda dari pia yang ada di Yogyakarta, Pia Jaya memiliki ciri khas tersendiri yaitu ukuran yang lebih besar dengan diameter 5 cm, dan isian yang lembut di setiap gigitannya.

Awalnya, Pia Jaya hanya menghadirkan satu varian rasa, yaitu kacang hijau. Namun saat usaha ini diteruskan oleh Ibu Leny, generasi kedua yang memiliki latar belakang pendidikan kuliner, berbagai inovasi mulai dilakukan. Ia melihat kebutuhan pasar yang terus berkembang dan menambahkan pilihan rasa lain yang lebih variatif, seperti cokelat, keju, nanas, pandan, dan ubi. Tak hanya dari segi rasa, peningkatan juga dilakukan pada proses produksi. Dari yang semula serba manual, kini dibantu mesin demi efisiensi, tanpa mengorbankan kualitas karena tetap diawasi secara ketat agar cita rasa tetap terjaga.

Soal kemasan, Pia Jaya juga naik kelas. Kotak pia kini tampil lebih premium, cocok dijadikan buah tangan yang tampak elegan. “Kami ingin anak-anak muda juga bisa relate dan bangga bawa Pia Jaya sebagai oleh-oleh,” kata Ibu Leny.

Hingga kini, Pia Jaya sudah punya dua cabang di Balikpapan dan mempekerjakan 10 orang karyawan. Promosinya sederhana tapi efektif—lebih banyak mengandalkan mulut ke mulut. Tapi jangan salah, Pia Jaya juga sudah peka akan dunia digital. Produk-produknya kini juga tersedia di berbagai platform e-commerce dan layanan pesan antar melalui aplikasi ojek online.

Kalau ditanya apa yang bikin Pia Jaya tetap dicari, Ibu Leny menjawab dengan singkat tapi penuh makna: konsistensi. “Kami jaga mutu, rasa, dan pelayanan. Walau bahan baku naik, kami tetap pertahankan rasa dan harga. Kami nggak mau main-main soal itu,” ujarnya.

Di tengah persaingan bisnis oleh-oleh yang semakin ramai, Pia Jaya memilih fokus pada pengembangan produk dan menjaga kualitas karena tahu bahwa yang paling penting adalah kepercayaan pelanggan.

Untuk siapa pun yang ingin memulai usaha serupa, Ibu Leny berpesan, “Pikirkan matang-matang sebelum mulai. Siapkan segmen pasar, kalkulasi yang jelas, dan pastikan kamu siap konsisten. Jangan setengah-setengah. Dan yang paling penting, jualan itu harus tulus. Jangan cuma memikirkan untung, tapi rasakan juga menjadi pembeli.”